Jumat, 11 Maret 2011

Perguruan Karate Anggota Forki

Forki
Dibawah ini adalah Daftar Perguruan Karate Anggota Forki:
1. AMURA
2. BKC (Bandung Karate Club)
3. BLACK PANTHER KARATE INDONESIA
4. FUNAKOSHI
5. GABDIKA SHITORYU INDONESIA (Gabungan Beladiri Karate-Do Shitoryu)
6. GOJUKAI (Gojuryu Karate-Do Indonesia)
7. GOJU RYU ASS (Gojuryu Association)
8. GOKASI (Gojuryu Karate-Do Shinbukan Seluruh Indonesia)
9. INKADO (Indonesia Karate-Do)
10. INKAI (Institut Karate-Do Indonesia)
11. INKANAS (Intitut Karate-Do Nasional)
12. KALA HITAM
13. KANDAGA PRANA
14. KEI SHIN KAN
15. KKNSI (Kesatuan Karate-Do Naga Sakti Indonesia)
16. KKI (Kushin Ryu M. Karate-Do Indonesia)
17. KYOKUSHINKAI (Kyokushinkai Karate-Do Indonesia)
18. LEMKARI (Lembaga Karate-Do Indonesia)
19. PERKAINDO
20. PORBIKAWA
21. PORDIBYA
22. SHINDOKA
23. SHI ROI TE
24. TAKO INDONESIA
25. WADOKAI (Wadoryu Karate-Do Indonesia)

Falsafah Karate

1. RAKKA (Bunga Yang Berguguran)

Ia adalah konsep bela diri atau pertahanan di dalam Karate. Ia bermaksud setiap teknik pertahanan itu perlu dilakukan dengan bertenaga dan mantap agar dengan menggunakan satu teknik pun sudah cukup untuk membela diri sehingga diumpamakan jika teknik itu dilakukan ke atas pokok, maka semua bunga dari pokok tersebut akan jatuh berguguran. Contohnya jika ada orang menyerang dengan menumbuk muka, si pengamal Karate boleh menggunakan teknik menangkis atas. Sekiranya tangkisan atas itu cukup kuat dan mantap, ia boleh mematahkan tangan yang menumbuk itu. Dengan itu tidak perlu lagi membuat serangan susulan pun sudah cukup untuk membela diri.


2. Mizu No Kokoro (Minda Itu Seperti Air)

Konsep ini bermaksud bahwa untuk tujuan bela diri, minda (pikiran) perlulah dijaga dan dilatih agar selalu tenang. Apabila minda tenang, maka mudah untuk pengamal bela diri untuk mengelak atau menangkis serangan. Minda itu seumpama air di danau. Bila bulan mengambang, kita akan dapat melihat bayangan bulan dengan terang di danau yang tenang. Sekiranya dilontar batu kecil ke danautersebut, bayangan bulan di danauitu akan kabur

Adapun ciri khas dan latar belakang dari berbagai aliran Karate yang termasuk dalam “4 besar JKF” adalah sebagai berikut :



2.1. SHOTOKAN

Shoto adalah nama pena Gichin Funakoshi, Kan dapat diartikan sebagai gedung/bangunan. Sehingga Shotokan dapat diterjemahkan sebagai Perguruan Funakoshi. Gichin Funakoshi merupakan pelopor yang membawa ilmu Karate dari Okinawa ke Jepang. Aliran Shotokan merupakan akumulasi dan standardisasi dari berbagai perguruan Karate di Okinawa yang pernah dipelajari oleh Gichin Funakoshi. Berpegang pada konsep Ichigeki Hissatsu, yaitu satu gerakan dapat membunuh lawan. Shotokan menggunakan kuda-kuda yang rendah serta pukulan dan tangkisan yang keras. Gerakan Shotokan cenderung linear/frontal, sehingga praktisi Shotokan berani langsung beradu pukulan dan tangkisan dengan lawan.



2.2. GOJU-RYU

Goju memiliki arti keras-lembut. Aliran ini memadukan tehnik keras dan tehnik lembut, dan merupakan salah satu perguruan Karate tradisional di Okinawa yang memiliki sejarah yang panjang. Dengan meningkatnya popularitas Karate di Jepang (setelah masuknya Shotokan ke Jepang), aliran Goju ini dibawa ke Jepang oleh Chojun Miyagi. Miyagi memperbarui banyak tehnik-tehnik aliran ini menjadi aliran Goju-ryu yang sekarang, sehingga banyak orang yang menganggap Chojun Miyagi sebagai pendiri Goju-ryu. Berpegang pada konsep bahwa “dalam pertarungan yang sesungguhnya, kita harus bisa menerima dan membalas pukulan”. Sehinga Goju-ryu menekankan pada latihan SANCHIN atau pernapasan dasar, agar para praktisinya dapat memberikan pukulan yang dahsyat dan menerima pukulan dari lawan tanpa terluka. Goju-ryu menggunakan tangkisan yang bersifat circular serta senang melakukan pertarungan jarak rapat.



2.3. SHITO-RYU

Aliran Shito-Ryu terkenal dengan keahlian bermain KATA, terbukti dari banyaknya KATA yang diajarkan di aliran Shito-Ryu, yaitu ada 30 sampai 40 KATA, lebih banyak dari aliran lain. Sebagai perbandingan, Shotokan memiliki 25, Wado memiliki 17, Goju memiliki 12 KATA. Dalam pertarungan, ahli Karate Shito-Ryu dapat menyesuaikan diri dengan kondisi, mereka bisa bertarung seperti Shotokan secara frontal, maupun dengan jarak rapat seperti Goju.



2.4. WADO-RYU

Adalah aliran Karate yang unik karena berakar pada seni beladiri Shindo Yoshin-Ryu Jujutsu, sebuah aliran beladiri Jepang yang memiliki tehnik kuncian persendian dan lemparan. Sehingga Wado-Ryu selain mengajarkan tehnik Karate juga mengajarkan tehnik kuncian persendian dan lemparan/ bantingan Jujutsu. Didalam pertarungan, ahli Wado-Ryu menggunakan prinsip Jujutsu yaitu tidak mau mengadu tenaga secara frontal, lebih banyak menggunakan tangkisan yang bersifat mengalir (bukan tangkisan keras), dan terkadang menggunakan tehnik Jujutsu seperti bantingan dan sapuan kaki untuk menjatuhkan lawan. Akan tetapi, dalam pertandingan FORKI dan JKF, para praktisi Wado-Ryu juga mampu menyesuaikan diri dengan peraturan yang ada dan bertanding tanpa menggunakan jurus-jurus Jujutsu tersebut.



<!–[if !supportLists]–>2.5. <!–[endif]–>KYOKUSHIN

Kyokushin tidak termasuk dalam 4 besar Japan Karatedo Federation. Akan tetapi aliran ini sangat terkenal baik didalam maupun diluar Jepang, serta turut berjasa mempopulerkan Karate di seluruh dunia, terutama pada tahun 1970 an. Aliran ini didirikan oleh Sosai Masutatsu Oyama. Nama Kyokushin mempunyai arti kebenaran tertinggi. Aliran ini menganut system Budo Karate, dimana praktisi-praktisinya dituntut untuk berani melakukan full contact kumite, yakni tanpa pelindung, untuk mendalami arti yang sebenarnya dari seni beladiri Karate serta melatih jiwa/semangat keprajuritan (budo). Aliran ini juga menerapkan hyakunin kumite (kumite 100 orang) sebagai ujian tertinggi, dimana Karateka diuji melakukan 100 kumite berturut-turut tanpa kalah. Sosai Oyama sendiri telah melakukan kumite 300 orang. Adalah umum bagi praktisi aliran ini untuk melakukan 5 – 10 kumite berturut-turut.

Filosofi Karate

Karate sangat dipengaruhi oleh Filosofi yang harus di pahami dan di mengerti oleh para Sempai (pelatih/instruktur) maupun Kohai (siswanya). Agar mereka mencapai DO (jalan yang sebenarnya). Untuk mencapai DO maka para Karateka harus senantiasa memiliki REI (sikap saling menghormati) MEIKYO (berpikir positif), MUGA (berkosentrasi penuh) USHIN (melekat pada ajaran), SHUBAKU (senantiasa berhati lembut), TAI NO SEN (senantiasa memiliki inisiatif), dan KEIKO (rajin).
Apabila filosofi dipraktekan maka akan lahir para Karateka yang disiplin, jujur, percaya diri, sehat dan kuat. Hal ini amat relevan bagi profil prajurit yang harus tanggap, tanggon dan trengginas. Bagi para Karateka yang telah menjiwai latihan Karate secara sungguh-sungguh melalui latihan yang terus menerus dan teratur akan menemukan MYO (rahasia yang tersembunyi) berupa lahirnya intuisi, kekuatan fisik dan spiritual yang terkadang tidak dapat dicerna dengan akal sehat seperti mampu memecah benda-benda keras (SHIWARI), SINKANG (melompat tinggi) dan memiliki kekuatan super sebagaimana yang dialami para leluhur beladiri Karate. Benarlah apa yang diucapkan Gichin Funakoshi bahwa Tuhan telah menciptakan alam dan tubuh manusia dengan berbagai tujuan. Tetapi barang siapa yang menggunakan kepalan tangan tanpa tujuan yang mulia dan perhitungan yang matang maka ia akan kehilangan harga dirinya di hadapan Tuhan dan manusia.
SHOTO NIJU KUN
slide145
slide21

SHOTOKAN KATA

ARTI KATA

Penjelasan dasar apakah kata seringkali diartikan sebagai “satu set rangkaian gerakan bertahan dan menyerang terhadap satu atau lebih lawan imajiner”. Dalam Shotokan kata terdapat banyak elemen penting yang harus dilatih setiap orang sesuai tingkat pelatihan masing-masing individu. Saat menampilkan kata, karateka harus menjalani dan mendalami setiap tehnik. Terdapat 26 kata yang distandarkan dalam Shotokan. Disini tidak termasuk kata taikyoku dan beberapa kata lain yang dipraktekkan diberbagai organisasi dan sekolah yang berbeda.

Perbedaan-perbedaan mendasar dalam metode pelatihan dan pengajaran dalam keragaman gaya karate terlihat jelas dalam kata. Kata harus ditampilkan dengan sikap serius seperti dalam kumite. Pikiran harus tenang dan jernih. Ini poin paling penting yang akan membantu karateka untuk benar-benar memahami arti dari kata. Mempelajari kata secara reguler akan mengajarkan siswa untuk mengkombinasikan tehnik bertahan dan menyerang dengan pernafasan yang benar.
Kata dipelajari bukan untuk keperluan demonstrasi melainkan untuk meningkatkan tehnik kumite dan pada akhirnya menerapkan tehnik-tehnik tersebut dalam pertarungan sesungguhnya. Inti dari kata bukan berarti seindah apakah setiap gerakan melainkan seefektif apakah gerakan-gerakan itu. Saat melakukan kata di depan banyak orang, seorang karateka harus mampu membuat penonton merasakan semangat dan kekuatan dari tehnik-tehnik tersebut. Jika ada yang menganggap karate sebagai satu sistem bela diri maka dia harus melatih banyak kata karena pada tiap kata terdapat perbedaan metode dan aplikasi dalam cara untuk bertahan dan menyerang.

PENJELASAN LENGKAP
Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Kihon Kata
 Taikyoku
 Shodan
 Bentuk dasar no.1  Gichin Funakoshi

Sekarang kata ini banyak digunakan oleh group Shotokan diseluruh dunia. Ada juga Taikyoku Nidan dan Sandan (no.2 dan 3) tapi kedua jenis kata tadi tidak terlalu dikenal dikalangan Shotokan. Taikyoku Nidan sama dengan Taikyoku Shodan, bedanya semua pukulan dilakukan setinggi dagu dan pada Taikyoku Sandan semua tangkisan berubah dari tangkisan bawah di depan kuda-kuda ke tangkisan dalam-luar tengah di belakang kuda-kuda dengan semua pukulan ditingkat tinggi/diatas.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Heian Shodan
 Heian Nidan
 Heian Sandan
 Heian Yondan
 Heian Godan
 Pinan Nidan
 Pinan Shodan
 Pinan Sandan
 Pinan Yondan
 Pinan Godan
 Pikiran Yg Damai #1
 Pikiran Yg Damai #2
 Pikiran Yg Damai #3
 Pikiran Yg Damai #4
 Pikiran Yg Damai #5
 Yasutsune Itosu
 Yasutsune Itosu
 Yasutsune Itosu
 Yasutsune Itosu
 Yasutsune Itosu

Kata Heian pada dasarnya sama dengan Okinawa Pinan pendahulunya. Namanya diambil dari frasa heiwa-antei (kedamaian dan ketenangan). Dikatakan bahwa guru Itosu merubah tehnik urutan pada lima kata Heian agar siswa belajar gerakan-gerakan yang lebih sederhana dulu (Heian 1 & 2) baru kemudian secara bertahap mempelajari tehnik yang lebih tinggi (Heian 3, 4 & 5). Ada juga yang berpendapat bahwa guru Itosu mengambil 5 kata ini dari kata Kanku Dai (Kunshaku) yang jauh lebih lama dan rumit.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Tekki Shodan
 Tekki Nidan
 Tekki Sandan
 Naihanchi Shodan
 Naihanchi Nidan
 Naihanchi Sandan
 Kuda Besi #1
 Kuda Besi #2
 Kuda Besi #3
 Yasutsune Itosu
 Yasutsune Itosu
 Yasutsune Itosu

Kata Naihanchi (Tekki) adalah ciri khas gaya Shuri-te. Funakoshi mengganti nama Naihanchi menjadi Tekki. Naihanchi Shodan direvisi oleh Itosu yang menciptakan bentuk kedua dan ketiga dari kata ini dengan menggunakan yang asli sebagai model. Sebelum pembuatan kata Pinan/Heian, Tekki/ Naihanchi merupakan salah satu bentuk dasar yang utama dari Shorin Ryu. Menurut filsafat seni bela diri kata-kata ini mewakili satu pertarungan dimana tidak ada satu pun ruang bagi seseorang untuk mundur atau bergerak, seperti bertarung dengan punggung menempel di dinding.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Bassai Dai
 (Major)
 Passai
 Memporak-porandakan
 Istana
 Oyadomari

Terdapat banyak versi kata Bassai, termasuk Matsumura Bassai, Ishimine, Tomari Basai dan lain-lain. Bentuk kata tertua dapat dihubungkan ke Oyadomari Peichin.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Bassai Sho
 (Minor)
 
 Memporak-porandakan
 Istana (Minor)
 Yasutsune Itosu

Itosu menciptakan kata ini dari Bassai Dai.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Jion  Jion  Pendeta Buddha  From Tomari te

Kata ini diperkirakan berasal dari Cina dan Jion adalah satu kata dari skrip penganut Buddha. Pendapat lain mengatakan nama kata ini diambil dari kuil Jion, tempat para pendeta berlatih seni bela diri lalu diteruskan dari Cina ke Jepang.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Jiin  Shokyo  Tanah Kuil  From Tomari te

Dulu kata ini di beri mana Shokyo oleh Gichin Funakoshi. Kemudian dirubah kembali menjadi Jiin. Bentuk Shotokan standar mengurangi empat tehnik terakhir yang ditemukan pada versi Shorin Ryu.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Jitte
 Jitte
 Sepuluh Tangan/
 Tehnik
 From Tomari te

Dikatakan bahwa tehnik yang terdapat pada Jitte dirancang untuk mematahkan lawan yang menggunakan alat sejenis toya.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Kanku Dai
 (Major)
 Kushanku/Koshokun
 Menatap Langit
 Kung Hsiang
 Chun

Banyak bentuk Kanku Dai hadir dalam Shorin Ryu dan dianggap sebagai favorit Gichin Funakoshi. Konon inilah yang mendasari ajaran instruktur Cina di abad 18 Kung Hsiang Chun. Bentuk ini sangat merekomendasikan seseorang untuk terlebih dahulu mempelajari lima Heian dengan seksama sebelum mulai berlatih Kanku Dai.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Kanku Sho
 (Minor)
 
 Menatap Langit
 (Minor)
 Yasutsune Itosu

Itosu mengambil kata ini dari Kanku Dai.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Enpi  Wanshu  Walet Terbang  

Asal kata ini sering dihubungkan dengan duta dari Cina Wang Ji yang mengunjungi Okinawa tahun 1683. Wanshu hanya dikenal oleh karateka di kampung Tomari dan diajarkan oleh Kosaku Matsumora. Kemudian versi ini diadaptasi oleh Matsumora dan Itosu.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Hangetsu
 Seisan, Seishan
 Bulan Sabit/
 Bulan Setengah
 China

Mungkin kata tertua dalam versi karate dari bentuk ini dapat ditemukan pada banyak gaya. Dikatakan bahwa Bushi Matsumura memperkenalkan kata ini ke Okinawa dari Cina.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Gankaku
 Chinto
 Bangau Diatas
 Karang


Kata ini dianggap sebagai kata yang sangat tua dan sumber aslinya tidak diketahui. Funakoshi menjelaskan bahwa kata ini milik gaya Shorei. Kata ini dipraktekkan oleh Matsumura lalu dimodifikasi oleh guru Kiyataka dan Itosu.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Sochin  Hakko  Berakar Kuat  Gigo Funakoshi

Kata ini diperkirakan diciptakan oleh Yoshitaka Funakoshi di akhir tahun 1930an. Terdapat sejumlah kesamaan dengan pendahulunya, Aragaki Sochin terutama diakhir kata, jadi ia mungkin menggunakan versi lama sebagai modelnya.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Nijushiho
 Niseishi
 Dua puluh empat
 langkah
 Seisho Aragaki

Kata ini dipraktekkan peminat Shotokan di tahun 1930an dan ditampilkan pada buku Kempo Gaisetsu karya Nisaburo Miki. Kata ini diadaptasi para instruktur JKA untuk menegaskan standar mereka.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Unsu
 Unsu/Unshu
 Tangan-tangan
 Awan
 Seisho Aragaki

Konon kata ini diajarkan kepada Bushi Matsumura oleh seorang pelaut Cina yang kapalnya terdampar.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Chinte
 Shoin
 Tangan-tangan
 Aneh
 

Gichin Funakoshi menamakan kata ini Shoin. Kemudian nama lama digunakan lagi. Chinte mengedepankan serangan-serangan dekat ke mata, hidung dan tulang iga.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Meikyo
 Rohai
 Cermin Yang
 Terang
 

Dari asal kata Tomari-te yang bernama Rohai, Itosu mengambil tiga kata yang dikenal sebagai Rohai shodan, nidan dan sandan. Meikyo diambil dari Rohai nidan.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Wankan  Hito/Shiofu  Mahkota Raja  Gigo Funakoshi

Bentuk ini mempunyai nama yang sama dengan kata Okinawa dan bagian-bagian dari keduanya agak mirip. Kemungkinan kata ini diciptakan oleh Yoshitaka menggunakan bentuk lama (dari Tomari–te) sebagai model.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Gojushiho Dai
 (Major)
 Useshi or
 Hotaku
 54 Langkah
 (Major)
 Yasutsune Itosu

Kata ini merupakan bentuk yang lebih tinggi di banyak kelompok Shorin Ryu.

Nama Modern
Nama Asli
Arti
Sumber/Asal
 Gojushiho Sho
 (Minor)
   54 Langkah (Minor)  Yasutsune Itosu

Gojushiho Sho diciptakan oleh Itosu dengan menggunakan Gojushiho Dai sebagai modelnya.

References :
Cook, Harry. 2001. Shotokan Karate: A Precise History.
Kanazawa, H. Shotokan Karate International Kata, Vol 1 & 2

Gichin Funakoshi

(1868 – 1957)
Maestro Karate (Bapak Karate Modern)
Jika ada seseorang yang sangat berjasa dalam perkembangan dan posisi Karate yang telah menjadi kampiun seni beladiri di Jepang, dia adalah Ghichin Funakoshi. Maestro yang lahir di Shuri, Okinawa dan tidak pernah mendapat pengakuan resmi terhadap kemampuannya dalam beladiri hingga umur 53 tahun.
Sejarah Gichin Funakoshi tidak bisa dipisahkan dengan sejarah keagungan Karate. Dimulai sebagai seorang anak yang lemah, pesakitan dan memiliki kesehatan yang kurang baik, orang tua Gichin Funakoshi membawanya kepada maestro beladiri pada saat itu yaitu Yasutsune Itosu untuk mengajarinya Karate bersama Yasutsune Azato (Yasutsune Azato memberikan banyak pelajaran kepada Gichin Funakoshi untuk membangun pikiran disiplin dan tehnik Karate). Dengan dibantu oleh seorang dokter, Tokashiki, yang memberikan ramuan-ramuan alami untuk menguatkan fisiknya, dan latihan yang diberikan oleh Yasutsune Azato dan Yasutsune Itosu, Gichin Funakoshi tumbuh menjadi orang yang kuat dan gagah. Dia menjadi murid yang menonjol ketika menjadi murid Arakaki dan Sokon “Bushi” Matsumura. Dia menguasai dan mencapai taraf yang tinggi dalam kedisiplinan. Maestro Gichin Funakoshi selalu menceritakan disetiap kesempatan sejarah hidupnya pada bagian ini. Ketika dia hidup bersama kakek-neneknya, dia mulai memasuki sekolah wajib dimana dia sekelas dengan anak guru Yasutsune Azato dan menerima intruksi Karate pertama dari Yatsusune (Ankoh) Azato.
Ketika pada akhirnya Gichin Funakoshi datang ke Jepang dari Okinawa, tahun 1922, dia tinggal bersama orang-orang sekampung halaman di sebuah asrama mahasiswa di Suidobata, Tokyo. Dia tinggal di dalam kamar yang kecil dekat pintu dan dia akan membersihkan asrama ketika para mahasiswa  pergi kuliah. Dia juga bekerja sebagai tukang kebun, dan pada malam hari Gichin Funakoshi mengajar Karate kepada para mahasiswa.
Dalam jangka waktu yang tidak begitu lama, ia mendirikan sekolah Karate pertamanya di Meishojuku. Setelah itu dia mendrikan sekolah Karate di Mejiro, dan akhirnya dia memiliki tempat untuk menghasilkan murid generasi penerus Karate, seperti, Takagi dan Nakayama dari Nippon Karate Kyokai, Yoshida dari Takudai, Obata dari Keio, Shigeru Egami dari Waseda (pembawa sukses dalam perkembangan Karate), Hironishi dari Chuo, Noguchi dari Waseda dan Hirori Ohtsuka (Otsuka).
Pada saat melakukan perjalanan keliling Jepang untuk mengenalkan dan mengajar Karate, Gichin Funakoshi selalu mengajak Takeshi Shimoda, Yoshitaka (anaknya), Egami dan Ohtsuka untuk menyertainya. Murid utamanya adalah Takeshi Shimoda dan Yoshitaka Funakoshi.
Shimoda merupakan lulusan Nen-ryu Kendo School, dia juga berlatih Ninjutsu, tetapi dia sangat tidak beruntung, Dia sakit dan meninggal pada saat masih muda , tahun 1934, setelah melakukan sebuah perjalanan pertunjukan Karate. Dia digantikan oleh Gigo (Yoshitaka) Funakoshi, yang memiliki karakter yang sangat baik dan tehnik Karate yang sangat tinggi. Shigeru Egami berpendapat bahwa tidak ada orang yang lebih baik untuk menggantikannya. Dikarenakan jiwa muda dan metode latihan yang keras (bahkan dapat dikatakan sebagai latihan yang kuat dan brutal), membuat terjadinya konflik dengan golongan tua. Othsuka Hironori, yang mengatakan tidak dapat menerima latihan yang sangat keras. Akhirnya Otsuka keluar dan mendirikan sekolah Karate sesuai dengan gayanya sendiri, yang diberi nama Wado-Ryu (Jalan Keharmonisan), dan secara nyata nama itu menyindir Yoshitaka Funakoshi. Dalam jangka panjang metode latihan Yoshitaka Funakoshi adalah sangat penting bagi masa depan Karate-do. Tetapi, sekali lagi, dia meninggal dalam usia muda, tahun 1945, ketika berumur 39 tahun,  penyakit TBC (Tuberculosis) menghantarkan dia pada kematian.
Pada awal abad ke-20, ketika momentum ultra-nasionalis melanda Jepang, perkembangan seni beladiri di Jepang mengalami kemunduran, orang yang berlatih beladiri dianggap sebagai penyembah berhala (pagan) dan seni kebrutalan (savage art). Gichin Funakoshi mencoba mengatasi prasangka tersebut, dan akhinya berhasil mendapatkan pengakuan bahwa Karate merupakan salah satu seni beladiri Jepang tahun 1941.
Setelah itu banyak pekumpulan Karate berdiri di Jepang. Pada tahun 1942, Karate diperkenalkan di Universitas Keio sebagai klub Karate pertama, yang lainya termasuk Chuo, Waseda (1930), Hosei, Universitas Tokyo (1929). Klub yang lain didirikan di Shichi-Tokudo, di lingkungan tangsi militer di sudut halaman Istana.
Gichin Funakoshi mengunjungi Shichin-Tokudo setiap beberapa hari sekali untuk mengajar, ketika Otsuka mengajar di Shichin-Tokudo, seorang murid, Kogura, dari Universitas Keio yang menyandang Dan III (Sandan) Kendo (Seni melidungi diri Jepang/Japanese Fenching) dan juga penyandang sabuk hitam Karate, mengambil pedang dan berhadapan dengan Otsuka. Semua murid melihatnya dan menunggu apa yang akan terjadi. Mereka menyangka dengan kemahirannya dalam kendo, tidak seorang pun yang dapat menghadapinya dengan pedang terbuka (The Shinken). Otsuka terlihat tenang melihat Kogura dan pada saat Kogura menggerakkan pedangnya, Otsuka menyapu kakinya dan Kogura jatuh terjerembab. Kejadian ini tidak banyak diceritakan, dan  hal ini membuktikan  keahlian Otsuka.  Kejadian itu juga membuang kejemuan terhadap filosofi Gichin Funakoshi bahwa latihan kata/jurus lebih dari sekedar cukup waktu yang dibutuhkan dan juga sangat penting untuk menujukkan kemampuan besar Gichin Funakoshi sebagai guru dan Karateka.
Pada tahun 1922, tiga muridnya, Miki, Bo dan Hirayama berpendapat bahwa berlatih kata saja tidak cukup. Mereka mulai mengenalkan pertarungan bebas (Jiyu Kumite). Mereka membuat pelindung badan dan menggunakan pelindung kepala kendo di dalam  pertandingan. Gichin Funakoshi mendengar tentang penyimpangan ini, dan tidak menghalangi usaha yang dia anggap telah mengurangi arti seni beladiri Karate. Gichin Funakoshi menghentikan kunjungannya ke Shichin-Tokudo. Baik Gichin Funakoshi dan Otsuka tidak pernah terlihat lagi. Setelah kejadian tersebut Gichin Funakoshi melarang  adanya pertandingan Karate. (Tidak pernah ada pertandingan Karate hingga setelah ia meninggal tahun 1958).
Ketika Gichin Funakoshi datang ke Jepang, ia membawa 16 kata, yaitu 5 Pinan (Heian), 3 Naihanchi (Tekki), Kushanku Dai (Kanku Dai), Kushanku Sho (Kanku Sho), Seisan (Hangetsu), Patsai (Bassai Dai), Wanshu (Empi/Enpi), Chinto (Gankaku), Jutte (Jitte) dan Jion. Dia memberikan muridnya kata dasar sebelum mereka menunjukkan kemajuan yang berarti untuk meningkat ke tingkat lanjutan. Pada saat itu tidak kurang dari 40 kata masuk dalam kurikulum, kemudian dimasukkan dalam edisi terbatas “ Karate-do for Specialist” yang merupakan karya monumental dari Shigeru Egami.
Jigoro Kano, penemu seni beladiri Judo moderen, sekali waktu mengundang Gichin Funakoshi dan temannya, Makoto Gima, untuk melakukan pertunjukan seni beladiri di Kodokan (Tomisaka). Kira-kira ribuan orang menyaksikan pertunjukan tersebut. Gima yang belajar setelah Yabu Kenstu adalah pemuda dari Okinawa, memainkan kata Naihanshi Shodan, dan Gichin Funakoshi memainkan Kata Koshokun (Kushanku Dai).
Sensei Kano menyaksikan pertujukan tersebut dan menanyakan tentang tehnik yang terkandung didalamnya. Dia merasa sangat kagum. Dia mengundang Gichin Funakoshi dan Gima untuk menghadiri upacara tendon (makan malam dengan nasi dan ikan fish and rice dinner), mereka menyanyi dan berkelakar untuk menyenangkan Gichin Funakoshi.
Didalam ketulusannya mengajarkan seni beladiri Karate yang baik dan benar, Gichin Funakoshi bukan tanpa hujatan. Kritik menghina menyangkut ketegasannya dalam aturan mempelajari kata, dan mempelajari  apa yang mereka sebut “lembut” Karate merupakan hal yang menyia-nyiakan waktu. Gichn Funakoshi tegas terhadap aturan Hito Kata Sanen (tiga tahun satu kata).
Gichin Funakoshi adalah orang yang rendah hati. Dia mengajari dan mempratekkan apa yang dia katakan dengan kerendahan hati. Dia tidak memberikan nasehat tentang kebajikan dan kerendahan hati, tetapi pada dasarnya kerendahan hati seseorang adalah bersumber pada pandangan yang benar terhadap sesuatu dan hidup penuh dengan kesadaran. Dia hidup dengan damai dengan dirinya dan orang disekelilingnya.
Kapanpun nama Gichin Funakoshi disebutkan, akan mengingatkan kita pada perumpamaan “A Man of Tao (Do)” dan “A Little Man”. Dikatakan bahwa seorang murid bertanya “Apa bedanya antara : A Man of Tao dengan A Little Man” Guru menjelaskan ,”sederhana sekali, ketika a little man menerima “DAN” (kelulusan atau rangking), dia tidak akan sabar menunggu untuk pulang kerumah dan naik keatas kemudian mengatakan kepada semua orang bahwa dia telah mendapatkan “DAN” pertamanya. Ketika menerima “DAN” keduanya, dia akan naik hingga ke ujung tiang dan mengumumkannya kepada semua orang. Ketika menerima “DAN” ketiganya, dia melompat di atas mobilnya dan berparade keliling kota sambil membunyikan klakson, memberitahukan kepada semua orang tentang “DAN” ketiganya”.
Guru melanjutkan, “Ketika A Man of Tao menerima “DAN” pertamanya, dia akan menundukan kepalanya sebagai tanda berterima kasih dan bersyukur. Ketika menerima “DAN” keduanya,  dia akan menundukan kepalanya hingga kebahu. Ketika menerima “DAN” ketiganya, dia akan menundukan kepalanya hingga pinggang dan diam-diam dia berjalan disamping dinding sehingga orang tidak dapat melihat dia.
Gichin Funakoshi adalah “A Man of Tao”. Dia tidak memiliki keistimewaan apapun dalam sebuah kompetisi, catatan kemenangan, atau kejuaraan. Keistimewaannya terletak pada kepribadiannya yang sempurna. Dia yakin kepatuhan dan penghormatan adalah hal yang harus dilakukan seseorang terhadap yang lain. Dia adalah maestro dari maestro.
Gichin Funakoshi meninggal  di tahun 1957, pada usianya yang ke 89 tahun, setelah kerendahan hatinya membuat kontribusi terbesar dalam Karate-do.